Pilihan Tepat Penulis Hebat

Batu Seribu Perlu Image Baru


Kompas, 1 Desember 2009

BATU SERIBU PERLU IMAGE BARU

Oleh Awi Wiyono

Obyek wisata alam Batu Seribu Sukoharjo, Jawa Tengah, belum berhasil menjadi tujuan utama wisatawan. Sejak dibangun awal tahun 1990-an, daya tarik obyek wisata yang berlokasi di desa Gentan Kecamatan Bulu ini belum mampu memikat banyak pengunjung.

Minimnya jumlah pengunjung Batu Seribu terlihat saat libur Hari Raya Idul Fitri tahun 2009. Menurut petugas penjual tiket masuk, saat libur lebaran Batu Seribu dikunjungi sekitar 1500 orang. Pada hari biasa, hanya dikunjungi 50-60 orang. Akibatnya, Batu Seribu belum diandalkan sebagai sumber pendapatan asli daerah (PAD).

Batu Seribu berpotensi menjadi penyokong PAD. Nilai lebih Batu Seribu adalah keindahan alam yang eksotis, karena memadukan keelokan gunung, lembah, hutan, dan sendang. Keindahan ini semakin hidup kala dikaitkan dengan legenda atau mitos yang diyakini kebenarannya oleh masyarakat setempat, seperti kisah Bandung Bondowoso, Umbul Pacinan, dan Sendang Ayu.

Namun keindahan Batu Seribu terhapus oleh buruknya perawatan. Banyak fasilitas rekreasi yang berkarat dan rusak. Beberapa pohon besar tumbang menghalangi jalan menuju area Batu Seribu. Kesegaran sumber air yang dulu mengalir apik, kini mampat penuh sampah.

Batu Seribu juga minim fasilitas rekreasi, terutama fasilitas rekreasi modern yang disukai masyarakat. Selain kenaturalan alam, Batu Seribu kini hanya mengandalkan satu kolam renang.

Pemerintah Kabupaten Sukoharjo seharusnya segera mempercantik Batu Seribu. Caranya dengan merevitalisasi fasilitas rekreasi dan membuat image (citra) baru yang bisa memoncerkan daya tarik Batu Seribu.

Tidak ada salahnya pengelola kembali mengidentifikasi dan menggali potensi keunikan Batu Seribu. Keunikan bisa diambil dari unsur-unsur keindahan gunung, lembah, hutan, sendang, atau mitos yang ada. Unsur yang terunik dimaskotkan untuk membangun image baru, yakni image yang mampu mempertegas deferensiasi dengan obyek wisata daerah lain.

Kemudian pengelola menambah dan memperbaiki fasilitas-fasilitas rekreasi yang cocok dengan image baru tersebut. Semua faslitas rekreasi ini tentu saja harus dipoles dengan sentuhan seni agar keindahan dan kebersiham Batu Seribu terjamin, sehingga menarik dan nyaman untuk dikunjungi.

Awi Wiyono, Penggiat Citizen Journalism.

Anda pun bisa menulis artikel di media massa, seperti Kompas, Jawa Pos, dan Suara Merdeka. Caranya mudah dan murah...
Klik banner di bawah ini:


Pilihan Tepat Penulis Hebat


Join dan jalankan strateginya,

tulisan Anda pasti dimuat di media massa.

Ratusan ribu s/d jutaan rupiah mengalir

ke rekening bank Anda.



Menanti Museum Batik Lasem


MENANTI MUSEUM BATIK LASEM

Oleh Awi Wiyono*

Pemerintah Kabupaten Rembang akan membangun museum batik di Lasem. Dana yang dianggarkan untuk merealisasikan museum batik ini sebesar Rp2miliar dan ditargetkan bisa beroperasi tahun depan.

Museum ini akan mengoleksi benda-benda kuno yang berkaitan dengan sejarah batik Lasem. Banyaknya bukti dan catatan sejarah batik tulis di Lasem, karena kota kecamatan yang berlokasi 12 Km arah Timur dari kota Rembang ini sejak dulu terkenal sebagai pusat industri batik tulis pesisiran.

Kehadiran Museum Batik Lasem layak dinanti, karena keberadaanya akan melengkapi museum-museum batik yang telah mapan, seperti Museum Batik Pekalongan, Museum Batik Danarhadi Solo, dan Museum Batik Joglo Cipto Wening Yogyakarta.

Masyarakat akan memperoleh banyak keuntungan dari keberadaan Museum Batik Lasem. Setidaknya masyarakat mendapat satu lembaga lagi yang memiliki banyak fungsi, diantaranya sebagai pusat dokumentasi, penelitian ilmiah, penyaluran ilmu, penikmatan karya seni, perkenalan kebudayaan antar daerah dan bangsa, obyek wisata, dan suaka budaya.

Namun masalahnya, masyarakat sedang kurang berminat mengunjungi museum. Citra kumuh museum menjadi salah satu penyebabnya. Menurut Arkeolog dari Universitas Gajah Mada (UGM) Daud Aris Tanudirjo, sejak otonomi daerah mayoritas dari 286 museum milik pemerintah provinsi dan kabupaten/kota banyak yang tidak terawat. Wajar bila masyarakat enggan berkunjung ke lembaga kebudayaan ini.

Galeri Modern

Pertanyaannya, apakah Museum Batik Lasem nanti bernasib sama menjadi bagian dari museum-museum kumuh tersebut? Semoga saja tidak. Untuk itu, Museum Batik Lasem harus hadir dalam format art gallery atau museum seni yang bercitra modern.

Museum Batik Lasem tentu harus memenuhi banyak syarat untuk menjadi galeri/museum seni yang bercitra modern. Mengacu pendapat mantan Dirjen Kebudayaan Edi Sedyawati, dasar untuk menjadi museum seni yang modern adalah memiliki banyak koleksi benda-benda antik yang berkualitas. Artinya, Museum Batik Lasem harus memiliki banyak koleksi batik kuno yang bernilai artistik tinggi.

Sebagai contoh, Museum Batik Danarhadi mengoleksi lebih dari 10.000 batik kuno berkualitas tinggi. Museum ini bisa memamerkan secara bergiliran ribuan koleksi batik antik, sehingga masyarakat tidak bosan mengunjunginya. Nah, kira-kira berapa koleksi batik antik yang akan dipamerkan di Museum Batik Lasem? Diharapkan bisa melebihi koleksi Museum Danarhadi.

Modernitas museum seni identik dengan efektifitas pelaksanaan tata kelolanya. Mengacu pendapat pakar Museologi dari Universitas Indonesia (UI) Prof. Dr Nurhadi Magetsati, museum modern harus dikelola oleh orang-orang yang handal dalam hal preservasi. Maksudnya, pengelola Museum Batik Lasem harus memiliki kompetensi dan kemampuan manajemen administrasi sehingga bisa bekerja efektif dalam pemeliharaan fisik dan administrasi dari berbagai koleksi benda-benda antik nya.


Menunjang tertib administratif itu, Museum Batik Lasem perlu menggunakan sistem teknologi informasi dan memasang peralatan modern, seperti kamera tersembunyi (CCTV) dan microradio untuk mengamankan koleksi batik. Hal ini penting karena belakangan ini banyak kasus pencurian benda-benda kuno berharga tinggi koleksi museum.


Museum Batik Lasem juga perlu tampil dalam format museum maya (cyber museum). Langkah ini untuk menyikapi fenomena keseharian masyarakat yang mulai akrab dengan teknologi informasi global dan media internet.

Direktur Rumah Seni Yaitu Semarang Tubagus P Svarajat pernah mengatakan, museum maya merupakan solusi dengan perspektif futurisik. Museum maya jika dirancang menarik, interaktif, dengan aplikasi antarmuka (interface) yang nyaman, bisa mendatangkan pengunjung dari mana saja, karena rentang jarak dan waktu bukan lagi menjadi kendala.

Meski demikian, Museum Batik Lasem tetap harus tampil konvesional. Kesemua unsur modernitas museum harus tetap dikemas di dalam gedung berarsitektur elegan yang berdiri di lokasi strategis, sehingga masyarakat menyukai dan mudah mengaksesnya.

Faktor terpenting, modernitas museum harus didukung oleh sumber daya manusia (SDM) berkualitas. Pengelola Museum Batik Lasem harus memiliki keahlian dan kemampuan akademik. Mereka harus mampu membuat program-program kerja berkualitas yang mudah memikat banyak pengunjung.

Untuk meningkatkan kualitas calon pengelola Museum Batik Lasem, sekarang mereka seharusnya rajin mengasah kemampuan dengan cara belajar museologi di lembaga-lembaga terkait dan museum-museum batik yang sudah maju.

Ada baiknya mereka melakukan studi banding ke Museum Batik Pekalongan dan Museum Batik Danarhadi Solo. Tujuannya agar mendapatkan pengalaman praktis yang tepat untuk mengembangkan Museum Batik Lasem.

Tidak bermaksud mengabaikan karakter kedaerahan, pengelola Museum Batik Lasem boleh mengadopsi paradigma manajemen Museum Batik Pekalongan dan Museum Danarhadi Solo. Kedua museum batik ini layak menjadi acuan, karena keduanya dinilai berhasil menjadi museum batik yang mampu menjawab tantangan zaman.

Libatkan Publik

Menjadikan modern Museum Batik Lasem membutuhkan dana yang besar. Faktor dana sering membuat Pemkab Rembang kelabakan akibat keterbatasan anggaran. Untuk itu, Pemerintah perlu membuka diri dengan cara melibatkan publik dalam pengelolaan Museum Batik Lasem.

Pemerintah perlu menerapkan paradigma pengelolaan partisipatoris atau sistem konsorsium. Artinya, Pemerintah melibatkan masyarakat, terutama dari kalangan investor, dalam pengelolaan Museum Batik Lasem. Kolaborasi pemerintah dan swasta akan lebih efektif untuk mengembangkan Museum Batik Lasem.

Kehadiran investor memudahkan Museum Batik Lasem mendapatkan dana, sehingga memperlancar pelaksanaan semua program kerja. Akhirnya kerja pengelola museum tidak hanya berkutat pada fungsi pengoleksian benda-benda kuno, tetapi juga mensinergikan fungsi pendidikan, penelitian, pariwisata, hiburan, dan bisnis, sehingga memudahkan menarik perhatian masyarakat.

*Awi Wiyono, Penggiat Citizen Journalism


Tulisan Anda pun

bisa dimuat di media massa!

Caranya mudah,

Klik banner di bawah ini:


Pilihan Tepat Penulis Hebat

JOIN dan jalankan streteginya

Tulisan anda

pasti dimuat di media massa

Ratusan ribu s/d jutaan rupiah masuk

ke rekening bank Anda!





Satu Artikel Hasilkan Rp7juta


Mau artikel Anda dihargai Rp7juta? Kalau aku mau. Lumayan hasil satu artikel bisa untuk beli satu Laptop.

Bagaimana agar satu artikel Anda dihargai Rp7 juta atau bahkan lebih banyak lagi? Rahasianya sederhana saja. Artikel Anda ikutkan dalam lomba yang hadiahnya lebih dari Rp7 juta.

Aku punya pengalaman menyenangkan saat mengikuti lomba penulisan artikel. Meski baru pertama kali ikut lomba penulisan artikel, aku berhasil menyabet juara pertama. Hadiahnya Rp7juta. Bagiku jumlah uang ini cukup lumayan, karena saat itu bisa untuk membeli sepeda motor bebak baru.

Anda pun bisa merasakan pengalaman seperti yang aku alami. Cobalah mengikuti lomba penulisan artikel. Jika menang, selain mendapat hadiah dan kepuasan, eksistensi kepenulisan Anda bisa diakui oleh banyak orang.

Sekali lagi, jangan takut mengikuti lomba penulisan artikel! Siapa tahu Anda juaranya.

Satu Artikel Hasilkan Rp7juta


Tulisan tentang kemajuan pengobatan HIV/AIDS ini berhasil memenangkan lomba penulisan artikel dengan Dewan Juri: Ketua PWI Jaya Marah Sakti Siregar, dr Syafrizal Muluk, dan Ketua Yayasan Pelita Ilmu Dr Sjamsuridjal Djauzi. Hadiah juara pertama berupa uang Rp7juta.

Satu Berita Rp500.000, Mau?


Siapa pun bisa menjadi Citizen Journalist (CJ). Perkembangan teknologi memungkinkan setiap orang bisa melaporkan berita dengan cepat dan akurat.

Hanya dengan HP, Kamera Digital, dan Handy Cam, setiap orang bisa merekam dan memberitakan peristiwa-peristiwa luar biasa yang terkadang tak terjangkau oleh reporter media massa.

Hanya masalahnya, meski ke mana-mana membawa alat perekam, banyak orang masih enggan merekam peristiwa luar biasa yang kebetulan terjadi di dekatnya. Keengganan masyarakat merekam peristiwa, bisa jadi karena belum memahami manfaatnya.

Ada banyak manfaat merekam peristiwa, apalagi peristiwa itu sangat luar biasa seperti tsunami, gempa, banjir, dll. Salah satunya, bila rekaman tersebut ditayangkan TV bisa membangkitkan empati publik, sehingga masyarakat bisa cepat menolong masyarakat yang sedang tertimpa bencana, contoh terbaru peristiwa gempa Padang.

Rekaman peristiwa bisa membantu menegakkan kebenaran, karena bisa menjadi bukti-bukti yang mampu menyingkap tabir rahasia kejahatan besar. Contohnya, entah diakui tidak, rekaman berita turut membantu keberhasilan polisi dalam menumpas gembong-gembong teroris.

Rekaman peristiwa juga bisa menjadi media berbagi motivasi, sehingga kebaikan, keberhasilan, dan kegembiraan bisa ditularkan untuk memberi semangat dan inspirasi kepada masyarakat yang kehidupannya sedang dibelit masalah.

Intinya, dengan merekam dan menayangkan peristiwa di TV Anda turut andil dalam berbagi informasi, mendidik, dan menghibur masyarakat. Hasil akhir dari peran ini adalah harapan adanya masyarakat yang cerdas dan berhati mulia.

Rp500.000/berita

Ideal sekali..! Memang. Tetapi pasti ada keuntungan pragmatis yang didapat oleh para CJ? Kepuasan? Sudah pasti. Pahala? Biar malaikat dan Tuhan yang menentukan. CJ bisa mendapatkan keuntungan yang bersifat materi. CJ bisa mendapatkan penghasilan atau sejumlah uang bila video beritanya ditayangkan TV. Berapa?

Saya buka rahasianya. Selama aktif sebagai CJ lebih dari setahun, saya sudah mendapat uang jutaan rupiah dan cukup untuk membantu dapur ngebul. Caranya, saya aktif mengirimkan video berita ke acara I-Witness yang ditayangkan Metro TV.

Saya merekam peristiwa apa saja yang menurut saya menarik. Sekali lagi, peristiwa apa saja. Mulai dari hal yang remeh temeh hingga yang serius. Saya merasa di sekeliling saya banyak sekali hal-hal unik yang layak diberitakan.

Jadi, untuk mendapatkan berita saya tidak pernah mengharapkan terjadi bencana dan kecelakaan yang memakan banyak korban. Namun seandainya peristiwa tragis harus terjadi, saya pun siap untuk merekamnya.

Wajar akhirnya jika hingga kini saya belum pernah merekam peristiwa-peristiwa tragis. Seluruh video berita yang pernah saya kirimkan ke program I-Witness Metro TV berisi tentang humanism, persitiwa keseharian masyarakat tetapi menyentuh emosi dan memicu empati.

Contohnya, saat jalan-jalan ke pelabuhan Tasik Agung Rembang, Jawa Tengah, ada seorang remaja laki-laki sedang memandikan kapal. Bagi saya, aktivitas yang dilakukan remaja itu unik. Kapal di laut yang setiap hari berkubang di air ternyata masih tetap dimandikan. Apalagi orang yang tidak setiap hari berenang, seharusnya lebih rajin dong mandinya…he..he..he.

Peristiwa itu akhirnya aku rekam. Apapun yang dilakukan remaja itu saat memandikan kapal, saya rekam. Dari mulai bergelayut di tali, menimba air laut, hingga mengguyur, menyabuni, dan menggosok dinding kapal.

Uniknya, seakan iri dengan kapalnya, remaja itu pun sering memandikan dirinya sendiri dengan menguyurkan beberapa ember air ke tubuhnya. Peristiwa sepele, tapi unik. Saya merekamnya tidak lebih dari 5 menit.

Setelah saya membuat teks narasinya, mini dv yang berisi rekaman “Memandikan Kapal” tersebut saya kirim ke program I-Witness Metro TV via pos. Oh ya, saya tidak mengedit rekaman itu. Soal edting saya serahkan sepenuhnya ke pihak I-Witness Metro TV.

Setelah menunggu beberapa minggu, akhirnya video Memandikan Kapal tayang juga di program I-Witness Metro TV, kalau tidak salah tayang di bulan September 2008.

Video Memandikan Kapal ini adalah rekaman di mini dv pertama yang saya kirimkan ke stasiun TV dan sekaligus menjadi video pertama yang ditayangkan TV.

Sepuluh hari kemudian, Metro TV mentransfer uang ke rekening bank saya. Jumlahnya Rp500.000. Angka ini bagi orang lain mungkin kecil. Tapi bagi saya lebih dari lumayan.

Akhirnya saya tahu, Metro TV menghargai satu video berita sebesar Rp500.000. Artinya, jika video berita ditayangkan lebih dari satu, maka tinggal hitung saja: Rp500.000 kali video berita yang ditayangkan. Saya buka rahasia: dalam sebulan saya pernah mendapatkan Rp2 juta. Lumayan. Mau?

Rp200.000 dari Suara Merdeka

Teruslah menulis, meski hanya ada satu pembaca setia, yakni sang Redaktur media massa. Kirimi terus dia tulisan-tulisan kita. Tidak perlu takut salah dan ditolak. Hilangkan inferioritas atas tulisan anda. Semakin banyak mengirimkan artikel ke media massa (Koran, majalah, tabloid,dll) semakin besar peluang artikel anda dimuat media massa.

Saya telah membuktikan. Prinsip itu saya gunakan saat mengirim artikel ke Harian Suara Merdeka. Ternyata belum lebih dari 5 artikel, satu tulisan saya berhasil dimuat Suara Merdeka.

Senang? Pastinya. Seminggu kemudian Suara Merdeka mengirim uang  ke rekening bank saya. Honor tulisan itu Rp200.000. Lumayan, bisa untuk membayar SPP anak yang kini sedang belajar sambil bermain di TK A.

Mau mencoba?…Mulai sekarang ayo menulis! Pasti kalian bisa.

Contoh artikel saya yang dimuat Harian Suara Merdeka pada tanggal 27 Agustus 2009:

MENANTI MUSEUM BATIK LASEM
Oleh Awi Wiyono*


Pemerintah Kabupaten Rembang akan membangun museum batik di Lasem. Dana yang dianggarkan untuk merealisasikan museum batik ini sebesar Rp2miliar dan ditargetkan bisa beroperasi tahun depan.

Museum ini akan mengoleksi benda-benda kuno yang berkaitan dengan sejarah batik Lasem. Banyaknya bukti dan catatan sejarah batik tulis di Lasem, karena kota kecamatan yang berlokasi 12 Km arah Timur dari kota Rembang ini sejak dulu terkenal sebagai pusat industri batik tulis pesisiran.

Kehadiran Museum Batik Lasem layak dinanti, karena keberadaanya akan melengkapi museum-museum batik yang telah mapan, seperti Museum Batik Pekalongan, Museum Batik Danarhadi Solo, dan Museum Batik Joglo Cipto Wening Yogyakarta.

Masyarakat akan memperoleh banyak keuntungan dari keberadaan Museum Batik Lasem. Setidaknya masyarakat mendapat satu lembaga lagi yang memiliki banyak fungsi, diantaranya sebagai pusat dokumentasi, penelitian ilmiah, penyaluran ilmu, penikmatan karya seni, perkenalan kebudayaan antar daerah dan bangsa, obyek wisata, dan suaka budaya.

Namun masalahnya, masyarakat sedang kurang berminat mengunjungi museum. Citra kumuh museum menjadi salah satu penyebabnya. Menurut Arkeolog dari Universitas Gajah Mada (UGM) Daud Aris Tanudirjo, sejak otonomi daerah mayoritas dari 286 museum milik pemerintah provinsi dan kabupaten/kota banyak yang tidak terawat. Wajar bila masyarakat enggan berkunjung ke lembaga kebudayaan ini.

Galeri Modern

Pertanyaannya, apakah Museum Batik Lasem nanti bernasib sama menjadi bagian dari museum-museum kumuh tersebut? Semoga saja tidak. Untuk itu, Museum Batik Lasem harus hadir dalam format art gallery atau museum seni yang bercitra modern.

Museum Batik Lasem tentu harus memenuhi banyak syarat untuk menjadi galeri/museum seni yang bercitra modern. Mengacu pendapat mantan Dirjen Kebudayaan Edi Sedyawati, dasar untuk menjadi museum seni yang modern adalah memiliki banyak koleksi benda-benda antik yang berkualitas. Artinya, Museum Batik Lasem harus memiliki banyak koleksi batik kuno yang bernilai artistik tinggi.

Sebagai contoh, Museum Batik Danarhadi mengoleksi lebih dari 10.000 batik kuno berkualitas tinggi. Museum ini bisa memamerkan secara bergiliran ribuan koleksi batik antik, sehingga masyarakat tidak bosan mengunjunginya. Nah, kira-kira berapa koleksi batik antik yang akan dipamerkan di Museum Batik Lasem? Diharapkan bisa melebihi koleksi Museum Danarhadi.

Modernitas museum seni identik dengan efektifitas pelaksanaan tata kelolanya. Mengacu pendapat pakar Museologi dari Universitas Indonesia (UI) Prof. Dr Nurhadi Magetsati, museum modern harus dikelola oleh orang-orang yang handal dalam hal preservasi. Maksudnya, pengelola Museum Batik Lasem harus memiliki kompetensi dan kemampuan manajemen administrasi sehingga bisa bekerja efektif dalam pemeliharaan fisik dan administrasi dari berbagai koleksi benda-benda antik nya.

Menunjang tertib administratif itu, Museum Batik Lasem perlu menggunakan sistem teknologi informasi dan memasang peralatan modern, seperti kamera tersembunyi (CCTV) dan microradio untuk mengamankan koleksi batik. Hal ini penting karena belakangan ini banyak kasus pencurian benda-benda kuno berharga tinggi koleksi museum.

Museum Batik Lasem juga perlu tampil dalam format museum maya (cyber museum). Langkah ini untuk menyikapi fenomena keseharian masyarakat yang mulai akrab dengan teknologi informasi global dan media internet.

Direktur Rumah Seni Yaitu Semarang Tubagus P Svarajat pernah mengatakan, museum maya merupakan solusi dengan perspektif futurisik. Museum maya jika dirancang menarik, interaktif, dengan aplikasi antarmuka (interface) yang nyaman, bisa mendatangkan pengunjung dari mana saja, karena rentang jarak dan waktu bukan lagi menjadi kendala.

Meski demikian, Museum Batik Lasem tetap harus tampil konvesional. Kesemua unsur modernitas museum harus tetap dikemas di dalam gedung berarsitektur elegan yang berdiri di lokasi strategis, sehingga masyarakat menyukai dan mudah mengaksesnya.

Faktor terpenting, modernitas museum harus didukung oleh sumber daya manusia (SDM) berkualitas. Pengelola Museum Batik Lasem harus memiliki keahlian dan kemampuan akademik. Mereka harus mampu membuat program-program kerja berkualitas yang mudah memikat banyak pengunjung.

Untuk meningkatkan kualitas calon pengelola Museum Batik Lasem, sekarang mereka seharusnya rajin mengasah kemampuan dengan cara belajar museologi di lembaga-lembaga terkait dan museum-museum batik yang sudah maju.

Ada baiknya mereka melakukan studi banding ke Museum Batik Pekalongan dan Museum Batik Danarhadi Solo. Tujuannya agar mendapatkan pengalaman praktis yang tepat untuk mengembangkan Museum Batik Lasem.

Tidak bermaksud mengabaikan karakter kedaerahan, pengelola Museum Batik Lasem boleh mengadopsi paradigma manajemen Museum Batik Pekalongan dan Museum Danarhadi Solo. Kedua museum batik ini layak menjadi acuan, karena keduanya dinilai berhasil menjadi museum batik yang mampu menjawab tantangan zaman.

Libatkan Publik

Menjadikan modern Museum Batik Lasem membutuhkan dana yang besar. Faktor dana sering membuat Pemkab Rembang kelabakan akibat keterbatasan anggaran. Untuk itu, Pemerintah perlu membuka diri dengan cara melibatkan publik dalam pengelolaan Museum Batik Lasem.

Pemerintah perlu menerapkan paradigma pengelolaan partisipatoris atau sistem konsorsium. Artinya, Pemerintah melibatkan masyarakat, terutama dari kalangan investor, dalam pengelolaan Museum Batik Lasem. Kolaborasi pemerintah dan swasta akan lebih efektif untuk mengembangkan Museum Batik Lasem.

Kehadiran investor memudahkan Museum Batik Lasem mendapatkan dana, sehingga memperlancar pelaksanaan semua program kerja. Akhirnya kerja pengelola museum tidak hanya berkutat pada fungsi pengoleksian benda-benda kuno, tetapi juga mensinergikan fungsi pendidikan, penelitian, pariwisata, hiburan, dan bisnis, sehingga memudahkan menarik perhatian masyarakat.

*Awi Wiyono, Penggiat Citizen Journalism