Pilihan Tepat Penulis Hebat

Rp200.000 dari Suara Merdeka

Teruslah menulis, meski hanya ada satu pembaca setia, yakni sang Redaktur media massa. Kirimi terus dia tulisan-tulisan kita. Tidak perlu takut salah dan ditolak. Hilangkan inferioritas atas tulisan anda. Semakin banyak mengirimkan artikel ke media massa (Koran, majalah, tabloid,dll) semakin besar peluang artikel anda dimuat media massa.

Saya telah membuktikan. Prinsip itu saya gunakan saat mengirim artikel ke Harian Suara Merdeka. Ternyata belum lebih dari 5 artikel, satu tulisan saya berhasil dimuat Suara Merdeka.

Senang? Pastinya. Seminggu kemudian Suara Merdeka mengirim uang  ke rekening bank saya. Honor tulisan itu Rp200.000. Lumayan, bisa untuk membayar SPP anak yang kini sedang belajar sambil bermain di TK A.

Mau mencoba?…Mulai sekarang ayo menulis! Pasti kalian bisa.

Contoh artikel saya yang dimuat Harian Suara Merdeka pada tanggal 27 Agustus 2009:

MENANTI MUSEUM BATIK LASEM
Oleh Awi Wiyono*


Pemerintah Kabupaten Rembang akan membangun museum batik di Lasem. Dana yang dianggarkan untuk merealisasikan museum batik ini sebesar Rp2miliar dan ditargetkan bisa beroperasi tahun depan.

Museum ini akan mengoleksi benda-benda kuno yang berkaitan dengan sejarah batik Lasem. Banyaknya bukti dan catatan sejarah batik tulis di Lasem, karena kota kecamatan yang berlokasi 12 Km arah Timur dari kota Rembang ini sejak dulu terkenal sebagai pusat industri batik tulis pesisiran.

Kehadiran Museum Batik Lasem layak dinanti, karena keberadaanya akan melengkapi museum-museum batik yang telah mapan, seperti Museum Batik Pekalongan, Museum Batik Danarhadi Solo, dan Museum Batik Joglo Cipto Wening Yogyakarta.

Masyarakat akan memperoleh banyak keuntungan dari keberadaan Museum Batik Lasem. Setidaknya masyarakat mendapat satu lembaga lagi yang memiliki banyak fungsi, diantaranya sebagai pusat dokumentasi, penelitian ilmiah, penyaluran ilmu, penikmatan karya seni, perkenalan kebudayaan antar daerah dan bangsa, obyek wisata, dan suaka budaya.

Namun masalahnya, masyarakat sedang kurang berminat mengunjungi museum. Citra kumuh museum menjadi salah satu penyebabnya. Menurut Arkeolog dari Universitas Gajah Mada (UGM) Daud Aris Tanudirjo, sejak otonomi daerah mayoritas dari 286 museum milik pemerintah provinsi dan kabupaten/kota banyak yang tidak terawat. Wajar bila masyarakat enggan berkunjung ke lembaga kebudayaan ini.

Galeri Modern

Pertanyaannya, apakah Museum Batik Lasem nanti bernasib sama menjadi bagian dari museum-museum kumuh tersebut? Semoga saja tidak. Untuk itu, Museum Batik Lasem harus hadir dalam format art gallery atau museum seni yang bercitra modern.

Museum Batik Lasem tentu harus memenuhi banyak syarat untuk menjadi galeri/museum seni yang bercitra modern. Mengacu pendapat mantan Dirjen Kebudayaan Edi Sedyawati, dasar untuk menjadi museum seni yang modern adalah memiliki banyak koleksi benda-benda antik yang berkualitas. Artinya, Museum Batik Lasem harus memiliki banyak koleksi batik kuno yang bernilai artistik tinggi.

Sebagai contoh, Museum Batik Danarhadi mengoleksi lebih dari 10.000 batik kuno berkualitas tinggi. Museum ini bisa memamerkan secara bergiliran ribuan koleksi batik antik, sehingga masyarakat tidak bosan mengunjunginya. Nah, kira-kira berapa koleksi batik antik yang akan dipamerkan di Museum Batik Lasem? Diharapkan bisa melebihi koleksi Museum Danarhadi.

Modernitas museum seni identik dengan efektifitas pelaksanaan tata kelolanya. Mengacu pendapat pakar Museologi dari Universitas Indonesia (UI) Prof. Dr Nurhadi Magetsati, museum modern harus dikelola oleh orang-orang yang handal dalam hal preservasi. Maksudnya, pengelola Museum Batik Lasem harus memiliki kompetensi dan kemampuan manajemen administrasi sehingga bisa bekerja efektif dalam pemeliharaan fisik dan administrasi dari berbagai koleksi benda-benda antik nya.

Menunjang tertib administratif itu, Museum Batik Lasem perlu menggunakan sistem teknologi informasi dan memasang peralatan modern, seperti kamera tersembunyi (CCTV) dan microradio untuk mengamankan koleksi batik. Hal ini penting karena belakangan ini banyak kasus pencurian benda-benda kuno berharga tinggi koleksi museum.

Museum Batik Lasem juga perlu tampil dalam format museum maya (cyber museum). Langkah ini untuk menyikapi fenomena keseharian masyarakat yang mulai akrab dengan teknologi informasi global dan media internet.

Direktur Rumah Seni Yaitu Semarang Tubagus P Svarajat pernah mengatakan, museum maya merupakan solusi dengan perspektif futurisik. Museum maya jika dirancang menarik, interaktif, dengan aplikasi antarmuka (interface) yang nyaman, bisa mendatangkan pengunjung dari mana saja, karena rentang jarak dan waktu bukan lagi menjadi kendala.

Meski demikian, Museum Batik Lasem tetap harus tampil konvesional. Kesemua unsur modernitas museum harus tetap dikemas di dalam gedung berarsitektur elegan yang berdiri di lokasi strategis, sehingga masyarakat menyukai dan mudah mengaksesnya.

Faktor terpenting, modernitas museum harus didukung oleh sumber daya manusia (SDM) berkualitas. Pengelola Museum Batik Lasem harus memiliki keahlian dan kemampuan akademik. Mereka harus mampu membuat program-program kerja berkualitas yang mudah memikat banyak pengunjung.

Untuk meningkatkan kualitas calon pengelola Museum Batik Lasem, sekarang mereka seharusnya rajin mengasah kemampuan dengan cara belajar museologi di lembaga-lembaga terkait dan museum-museum batik yang sudah maju.

Ada baiknya mereka melakukan studi banding ke Museum Batik Pekalongan dan Museum Batik Danarhadi Solo. Tujuannya agar mendapatkan pengalaman praktis yang tepat untuk mengembangkan Museum Batik Lasem.

Tidak bermaksud mengabaikan karakter kedaerahan, pengelola Museum Batik Lasem boleh mengadopsi paradigma manajemen Museum Batik Pekalongan dan Museum Danarhadi Solo. Kedua museum batik ini layak menjadi acuan, karena keduanya dinilai berhasil menjadi museum batik yang mampu menjawab tantangan zaman.

Libatkan Publik

Menjadikan modern Museum Batik Lasem membutuhkan dana yang besar. Faktor dana sering membuat Pemkab Rembang kelabakan akibat keterbatasan anggaran. Untuk itu, Pemerintah perlu membuka diri dengan cara melibatkan publik dalam pengelolaan Museum Batik Lasem.

Pemerintah perlu menerapkan paradigma pengelolaan partisipatoris atau sistem konsorsium. Artinya, Pemerintah melibatkan masyarakat, terutama dari kalangan investor, dalam pengelolaan Museum Batik Lasem. Kolaborasi pemerintah dan swasta akan lebih efektif untuk mengembangkan Museum Batik Lasem.

Kehadiran investor memudahkan Museum Batik Lasem mendapatkan dana, sehingga memperlancar pelaksanaan semua program kerja. Akhirnya kerja pengelola museum tidak hanya berkutat pada fungsi pengoleksian benda-benda kuno, tetapi juga mensinergikan fungsi pendidikan, penelitian, pariwisata, hiburan, dan bisnis, sehingga memudahkan menarik perhatian masyarakat.

*Awi Wiyono, Penggiat Citizen Journalism

1 komentar:

  1. Isbalna
    Said

    gravatar

    persyaratan tulisan/artikelnya apa aja gan

    23 Januari 2016 pukul 11.35

Posting Komentar